Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengeluarkan pernyataan mengejutkan pada 30 Oktober 2025 di Tangerang. Wamenkes 2% remaja Indonesia coba bunuh diri gadget 2025โangka percobaan bunuh diri mencapai sekitar 2 persen di antara warga Indonesia di atas 15 tahun yang menderita depresi. Yang lebih mengkhawatirkan? Dari pemeriksaan kesehatan jiwa gratis yang menjangkau sekitar 20 juta jiwa, lebih dari 2 juta anak mengalami gangguan kesehatan mental. Ini bukan cuma statistik di kertas, tapi realita yang dialami teman sekelas, tetangga, bahkan mungkin kamu sendiri.
Daftar Isi:
- Data Resmi Kemenkes 2025: Lebih dari 2 Juta Anak Alami Gangguan Mental
- Kasus Bunuh Diri Oktober 2025: Tiga Remaja Meninggal dalam Sebulan
- Statistik Bunuh Diri Indonesia 2025: Angka yang Terus Meningkat
- Hubungan Fatal Gadget dan Kesehatan Mental Remaja
- Tanda-Tanda Bahaya yang Harus Diwaspadai Orang Tua
- Platform Healing119.id: Sudah 45 Ribu Orang Mengakses dalam 3 Bulan
- Langkah Nyata Mencegah Krisis Kesehatan Mental Generasi Muda
Data Resmi Kemenkes 2025: Lebih dari 2 Juta Anak Alami Gangguan Mental

Wamenkes Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan data mengkhawatirkan pada 30 Oktober 2025 di Puncak Hari Kesehatan Dunia yang berlangsung di Pusat Pemerintahan Kota Tangerang. Dari hasil pemeriksaan kesehatan jiwa gratis yang telah menjangkau sekitar 20 juta jiwa, terdapat lebih dari 2 juta anak yang mengalami gangguan kesehatan mental. Angka ini mencapai sekitar 10% dari total populasi yang diperiksa.
Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI, Imran Pambudi, melaporkan pada September 2025 bahwa dalam skala nasional, risiko gejala depresi berada pada angka 1 persen, sedangkan kecemasan pada angka 0,9 persen dari 13 juta orang yang menjalani tes kesehatan mental. Data ini menunjukkan Wamenkes 2% remaja Indonesia coba bunuh diri gadget 2025 bukan sekadar peringatan, tapi krisis kesehatan mental yang sudah di level darurat nasional.
Survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022 melaporkan satu dari tiga remaja (34,9%) atau setara 15,5 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental dalam 12 bulan terakhir. Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menyebutkan prevalensi depresi tertinggi ada pada kelompok remaja usia 15-24 tahun, yaitu sebesar 2%. Kecemasan menjadi masalah kesehatan mental yang paling tinggi dialami remaja Indonesia, lebih tinggi pada perempuan (28,2%) dibandingkan remaja laki-laki (25,4%).
Temukan layanan kesehatan mental terpercaya di hawaiiycc.com.
Kasus Bunuh Diri Oktober 2025: Tiga Remaja Meninggal dalam Sebulan

Oktober 2025 menjadi bulan yang kelam bagi Indonesia. Tiga siswa SMP ditemukan bunuh diri dengan cara gantung diri. Bagus (15 tahun), bukan nama sebenarnya, siswa kelas VIII di Sawahlunto, Sumatera Barat, ditemukan gantung diri di ruang kelas pada Selasa sore, 28 Oktober 2025. Bagas (15 tahun), siswa kelas IX di SMP lain di Sawahlunto, ditemukan gantung diri di ruang OSIS pada Senin malam, 6 Oktober 2025. Bunga (14 tahun), bukan nama sebenarnya, siswa MTs di Kecambar, Sukabumi, Jawa Barat, ditemukan gantung diri di rumahnya pada Selasa malam, 28 Oktober 2025 setelah mengalami bullying.
Komisioner KPAI Diyah Puspitarini mengungkapkan pada 30 Oktober 2025 bahwa ada 25 kasus bunuh diri anak di Indonesia sepanjang 2025 hingga pertengahan Oktober. Data yang mereka hitung ada 22 kasus bunuh diri anak sepanjang 2025 sampai 12 Oktober, dan jika ditambah kasus di Sawahlunto dan Sukabumi, jadi 25 anak di seluruh Indonesia. Meski angka ini menurun dari 46 kasus pada 2023 dan 43 kasus pada 2024, situasi tetap mengkhawatirkan karena sebagian besar kasus diduga berkaitan dengan bullying dan cyberbullying.
Laporan WHO tentang kesehatan mental remaja pada September 2025 menyatakan bahwa bullying sering memutus akses korban ke teman dan jaringan dukungan sosial. Kehilangan ikatan ini menjadi prediktor kuat pemikiran bunuh diri menurut teori interpersonal modern. Ketika remaja merasa sendirian dan tidak memiliki tempat berbicara, perasaan putus asa lebih mungkin muncul. Ironisnya, di era digital yang seharusnya menghubungkan semua orang, remaja justru merasa paling kesepian.
Statistik Bunuh Diri Indonesia 2025: Angka yang Terus Meningkat

Data Pusiknas (Pusat Informasi Kriminal Nasional) Polri mencatat 594 kasus bunuh diri dari 1 Januari hingga 28 Mei 2025. Tren meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir: 640 kasus pada 2022, melonjak ke 1.288 kasus di 2023, dan 1.445 kasus di 2024. Menurut laporan Pusiknas Bareskrim Polri hingga Jumat, 7 November 2025, sudah tercatat 1.270 kasus bunuh diri ditangani Polri sejak Januari.
Kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2025, yaitu 142 kasus, meningkat 10,93 persen dibandingkan September. Sementara dalam sepekan pertama November saja, sudah tercatat 26 kasus atau 18,3 persen dari total kasus di bulan sebelumnya. Dari total 1.343 pelaku bunuh diri, 7,66 persen di antaranya berusia di bawah 17 tahun. Mereka masih tergolong anak-anak yang seharusnya dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.
Peneliti BRIN Yurika Fauzia Wardani mencatat dari 2.112 kasus bunuh diri di Indonesia selama 2012-2023, sebanyak 46,63% atau 985 kasus dilakukan oleh remaja. Survei I-NAMHS 2022 mengungkapkan 1,4% remaja memiliki ide bunuh diri, 0,5% membuat rencana bunuh diri, dan 0,2% mencoba bunuh diri. Wamenkes 2% remaja Indonesia coba bunuh diri gadget 2025 menunjukkan angka yang setara dengan ratusan ribu remaja Indonesia yang terancam nyawanya.
Cari tahu cara mendampingi remaja dengan masalah mental di hawaiiycc.com.
Hubungan Fatal Gadget dan Kesehatan Mental Remaja

Wamenkes Dante pada 7 Desember 2025 memperingatkan tentang peningkatan tajam masalah kesehatan mental di kalangan anak-anak dan remaja yang dikaitkan dengan ketergantungan makin besar pada perangkat digital. Dari 79,8 juta anak di Indonesia, sekitar 28,65 juta berusia tujuh hingga 17 tahun telah menggunakan ponsel dan mengakses internet. Harbuwono menekankan bahwa paparan dini dan berkepanjangan terhadap teknologi digital berkontribusi pada memburuknya kesehatan mental generasi muda.
Penelitian Universitas Diponegoro 2025 dengan 335 siswa SMA Islam di Kudus menunjukkan hubungan signifikan antara adiksi smartphone dan kesehatan mental dengan nilai p < 0,01. Artinya, semakin tinggi kecanduan gadget, semakin buruk kondisi kesehatan mental remaja. RS Pondok Indah melaporkan pada Mei 2025 bahwa jumlah remaja yang mengalami adiksi smartphone semakin bertambah karena popularitasnya sebagai tren sosial yang tidak dapat dihindari.
Data Menko PMK pada November 2025 menunjukkan masyarakat Indonesiaโtermasuk anak-anakโkini menghabiskan lebih dari 7,5 jam per hari di depan layar. Jurnal Pustaka Nusantara Multidisiplin Januari 2025 menganalisis 22 artikel ilmiah dari 2014-2024 dan menyimpulkan kecanduan gadget berdampak signifikan pada ketidakstabilan emosional seperti kecemasan dan depresi. Penggunaan gadget berlebihan mengurangi kemampuan sosial seperti empati dan adaptasi, yang berpotensi menyebabkan isolasi sosial.
Laporan WHO “From Loneliness to Social Connection” yang diterbitkan pada 30 Juni 2025 menyebutkan setidaknya 17-21 persen orang berusia 13-29 tahun melaporkan merasa kesepian, dengan level tertinggi pada remaja. Kesepian dapat memicu pikiran bunuh diri karena kehilangan akses dukungan sosial saat krisis.
Tanda-Tanda Bahaya yang Harus Diwaspadai Orang Tua

RS Pondok Indah mengidentifikasi beberapa ciri remaja kecanduan HP yang perlu diwaspadai: sulit lepas dari HP bahkan saat makan atau belajar, marah atau tantrum saat gadget dibatasi, menurunnya prestasi sekolah secara drastis, kurang tidur atau insomnia karena begadang main gadget, dan menghindari interaksi sosial atau aktivitas fisik. Penelitian cross-sectional Desember 2022 menunjukkan penggunaan gadget berlebihan berpengaruh signifikan pada kejadian insomnia, yang cenderung menyebabkan gangguan emosi dan penurunan prestasi akademik.
Kolegium Psikologi Klinis menekankan bahwa secara internasional sudah ada peringatan: anak di bawah 2 tahun tidak boleh terpapar audio-visual electronic devices, dan anak di bawah 12 tahun secara kumulatif diperbolehkan mengakses internet maksimal 2 jam per hari. Faktanya, data BPS menunjukkan 33,44% anak usia dini di Indonesia sudah menggunakan gadget, dengan rincian 25,5% pengguna berusia 0-4 tahun dan 52,76% berusia 5-6 tahun.
Wamenkes 2% remaja Indonesia coba bunuh diri gadget 2025 juga terkait dengan gejala fisik: obesitas karena kurang aktivitas fisik, gangguan penglihatan akibat menatap layar terlalu lama, nyeri leher dan punggung, dan sakit kepala kronis. Dampak mental mencakup stres berkepanjangan, depresi, gangguan kecemasan, penurunan motivasi belajar, dan ketergantungan parah terhadap gadget. Menurut psikolog Retno Lelyani Dewi, pikiran bunuh diri bukanlah ide yang muncul tiba-tiba, melainkan hasil akumulasi pengalaman negatif yang menumpuk lama.
Orang tua perlu peka terhadap perubahan perilaku: anak yang tadinya ceria tiba-tiba pendiam, atau sering mengucap “aku capek,” “aku gak berguna,” atau menyatakan ingin mengakhiri hidup. Riset Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran 2021 menunjukkan 96,4 persen remaja tidak memahami cara mengelola stres, sehingga edukasi kesehatan mental sejak dini sangat penting.
Platform Healing119.id: Sudah 45 Ribu Orang Mengakses dalam 3 Bulan
Merespons krisis kesehatan mental, Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan resmi meluncurkan kembali layanan healing119.id pada 31 Juli 2025. Wamenkes Dante menyampaikan pada 30 Oktober 2025 bahwa dalam waktu hanya 3 bulan sejak peluncuran, platform ini telah dikunjungi lebih dari 45.000 pengguna. Layanan ini difasilitasi oleh psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia yang siap mendengarkan keluh kesah masyarakat yang mengalami stres, depresi, atau memiliki keinginan bunuh diri.
Platform healing119.id memberikan konseling psikologis gratis, rahasia, dan mudah diakses 24 jam melalui website www.healing119.id untuk chat atau panggilan suara, atau langsung menghubungi 119 ext. 8. Layanan juga bisa diakses lewat WhatsApp di nomor 08113855472. Dante mencatat sebagian besar panggilan yang diterima layanan tersebut terjadi pada siang hari, tepatnya jam 12 sampai jam 3 sore.
Direktur Kesehatan Jiwa Imran Pambudi menekankan pentingnya penerimaan terhadap diri sendiri: “It’s okay not to be okay. Jadi, kita harus memiliki kesadaran bahwa kita tidak apa-apa enggak oke, supaya kita enggak stres. Manusia ada kelebihan dan kekurangannya, kita harus bisa menerima hal ini.” Ia juga mengajak setiap orang untuk menjadi flashlight bagi diri sendiri dan orang lain, terutama bagi mereka yang sedang mengalami masa sulit.
Layanan healing119.id merupakan pertolongan pertama psikologis (psychological first aid), bukan layanan terapi jangka panjang. Tujuannya adalah membantu menstabilkan kondisi emosional pengguna dan menghubungkan mereka ke layanan lanjutan jika diperlukan. Durasi layanan dibatasi dalam waktu 30 menit per sesi, dan jika diperlukan, sesi dapat diperpanjang atau diberikan rujukan ke fasilitas kesehatan terdekat.
Langkah Nyata Mencegah Krisis Kesehatan Mental Generasi Muda
Program Officer ASIK Pusat Rehabilitasi YAKKUM, Muhammad Rafli, menyampaikan bahwa kesehatan mental adalah tentang versi terbaik dari diri kita. Untuk mencegah dampak buruk Wamenkes 2% remaja Indonesia coba bunuh diri gadget 2025, ada beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan keluarga, sekolah, dan masyarakat berdasarkan panduan terkini 2025.
Pertama, batasi waktu penggunaan gadget dengan aturan jelas tentang kapan dan berapa lama boleh menggunakan perangkat digital. Sesuai rekomendasi internasional, anak di bawah 12 tahun maksimal 2 jam per hari. Kedua, alihkan ke aktivitas fisik dan hobi positif seperti olahraga, seni, atau membaca buku. Ketiga, ciptakan waktu bebas gadget bersama keluarga, misalnya saat makan malam atau quality time di akhir pekan. Keempat, dorong interaksi sosial langsung dengan teman sebaya melalui aktivitas ekstrakurikuler atau komunitas.
Komisioner KPAI Aris Adi Leksono pada November 2025 menekankan pentingnya sistem deteksi dini terhadap masalah psikologis di lingkungan sekolah dan keluarga. KPAI mendorong seluruh pihak untuk membangun early warning system yang efektif di sekolah dan komunitas. Anak yang menunjukkan perubahan perilaku, penurunan semangat belajar, atau tanda-tanda stres berat harus segera mendapat perhatian dan pendampingan psikologis sejak awal.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti pada 31 Oktober 2025 menyatakan guru tidak hanya bertugas mengajar di kelas, tetapi juga harus mendampingi murid-muridnya. Pendampingan tidak hanya berkaitan dengan masalah akademik, tapi juga psikologis, spiritual, bahkan sosial. Kementeriannya tengah menyusun Peraturan Menteri (Permen) yang akan memperkuat peran guru dalam pendampingan psikologis siswa.
Pemerintah menetapkan Tim Penggerak Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) Tingkat Pusat melalui Keputusan Menko PMK Nomor 36 Tahun 2025. Melalui Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), lebih dari 1,48 juta kader kesehatan di 84.019 desa kini memberikan edukasi kesehatan dasar, deteksi dini, dan bantuan kesehatan jiwa untuk anak, remaja, ibu hamil, dan lansia.
Akses informasi lengkap tentang kesehatan mental remaja di hawaiiycc.com.
Baca Jugaย 15 Gen Z Wellness 2025 Cara Jaga Mental Health Remaja
Wamenkes 2% remaja Indonesia coba bunuh diri gadget 2025 adalah alarm keras yang tidak bisa diabaikan. Data terkini dari Wamenkes Dante Saksono Harbuwono pada 30 Oktober 2025 menunjukkan lebih dari 2 juta anak mengalami gangguan kesehatan mental dari pemeriksaan gratis terhadap 20 juta jiwa, dengan angka percobaan bunuh diri mencapai 2 persen pada remaja di atas 15 tahun yang depresi. Pusiknas Polri mencatat 594 kasus bunuh diri Januari-Mei 2025, dengan tren meningkat dari 640 kasus (2022) menjadi 1.445 kasus (2024). KPAI mencatat 25 anak bunuh diri sepanjang 2025 hingga Oktober.
Adiksi gadget dan smartphone terbukti menjadi salah satu faktor utama krisis ini. Dari 79,8 juta anak Indonesia, 28,65 juta berusia 7-17 tahun sudah menggunakan ponsel, dengan masyarakat menghabiskan lebih dari 7,5 jam per hari di depan layar. Penggunaan berlebihan menyebabkan isolasi sosial, kesepian, depresi, gangguan tidur, dan penurunan kemampuan mengelola emosi.
Platform healing119.id yang diluncurkan 31 Juli 2025 sudah diakses 45.000 pengguna dalam 3 bulan, menunjukkan tingginya kebutuhan akan layanan kesehatan mental. Pencegahan terbaik dimulai dari keluarga dengan deteksi dini, pembatasan gadget, dan pendampingan psikologis sejak awal.
Pertanyaan untuk kamu: Dari 7 poin yang dibahas tentang Wamenkes 2% remaja Indonesia coba bunuh diri gadget 2025, mana yang paling mengejutkan atau bermanfaat buat kamu? Apakah kamu atau orang di sekitarmu pernah merasakan dampak kecanduan gadget terhadap kesehatan mental? Bagikan di kolom komentar! Mari kita bangun kesadaran bersama agar tidak ada lagi remaja yang hilang karena krisis kesehatan mental yang sebenarnya bisa dicegah.







