Langkah Sederhana Memulai Self-Care Harian untuk Anak Muda

Pernah merasa kelelahan tanpa sebab yang jelas? Atau sekadar kehilangan semangat untuk hal-hal kecil yang dulunya menyenangkan? Bisa jadi itu bukan sekadar lelah, tapi sinyal dari tubuh dan pikiran yang minta diberi perhatian lebih. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang bergerak cepat, banyak anak muda lupa satu hal penting: memulai self-care.

Self-care bukan tentang spa mewah atau liburan panjang. Ia bisa sesederhana tidur cukup, minum air putih, atau memberi jeda dari layar ponsel. Masalahnya, kebiasaan merawat diri ini sering dipinggirkan karena dianggap sepele, atau kalah oleh rutinitas yang padat. Padahal, membangun rutinitas sehat sejak muda bukan cuma soal gaya hidup, tapi bekal agar kita bisa tetap waras di tengah tekanan hidup yang terus bertambah.

Anak muda sering terjebak dalam tuntutan produktivitas dan pencapaian. Ironisnya, kita cenderung lupa bahwa tubuh dan pikiran juga punya batas. Kita push terus, sampai akhirnya burnout datang tanpa permisi. Karena itu, penting untuk menggeser pandangan kita: self-care bukan egois, tapi bentuk tanggung jawab terhadap diri sendiri.

Artikel ini akan membahas langkah-langkah sederhana untuk memulai self-care, tanpa harus repot atau mahal. Karena hidup sehat bisa dimulai dari hal-hal kecil—dan kebaikan untuk diri sendiri tak harus menunggu hari libur panjang.

Pertanyaannya sekarang: jika kita bisa menyayangi orang lain, kenapa sering lupa menyayangi diri sendiri?

Menata Ulang Hubungan dengan Diri Sendiri

memulai self-care

Mengapa Anak Muda Sering Mengabaikan Self-Care?

Banyak anak muda tumbuh dalam budaya yang mengagungkan sibuk. Kita sering merasa bangga ketika mengatakan “tidak punya waktu istirahat,” seolah kelelahan adalah lambang dedikasi. Padahal, hidup sehat tidak bisa dijalankan hanya dengan semangat tanpa jeda. Di sinilah pentingnya memulai self-care, bukan saat kita sudah jatuh, tapi justru saat semuanya masih terasa baik-baik saja.

Sebagian besar remaja dan dewasa muda masih menganggap self-care sebagai kegiatan mewah. Padahal, esensinya sangat sederhana: menghormati kebutuhan fisik, emosional, dan mental diri sendiri. Dalam praktik sehari-hari, itu bisa berupa sarapan tepat waktu, berhenti menunda tidur, atau sekadar mematikan notifikasi untuk satu jam penuh.

Rutinitas Sehat Itu Harus Realistis, Bukan Perfeksionis

Banyak orang gagal membangun rutinitas sehat karena mereka langsung menetapkan target yang terlalu tinggi. Ingin bangun pukul 5 pagi setiap hari, meditasi setengah jam, olahraga satu jam, journaling, dan membaca buku—semuanya dalam satu pagi. Padahal, perubahan berkelanjutan justru dibangun dari langkah kecil yang konsisten.

Self-care yang efektif adalah yang bisa diterapkan dalam hidup kita, bukan yang hanya tampak estetik di media sosial. Alih-alih menyusun daftar panjang, lebih baik mulai dari satu kebiasaan yang benar-benar dibutuhkan tubuh atau pikiran. Misalnya: minum air putih setiap bangun tidur, stretching ringan sebelum tidur, atau menyisihkan waktu 10 menit untuk journaling sebelum memulai hari.

Hidup Sehat Butuh Dukungan Sistem, Bukan Hanya Kemauan

Tidak semua orang punya lingkungan yang mendukung kebiasaan sehat. Ada yang tinggal di rumah dengan dinamika penuh tekanan, ada yang terbebani secara finansial, ada pula yang harus berjuang sendirian. Maka, penting juga untuk membangun sistem pendukung—entah itu lewat teman yang satu visi, grup online yang saling menyemangati, atau mengikuti akun edukatif yang mendorong pola pikir sehat.

Menurut psikolog Dr. Kristin Neff, pionir dalam studi self-compassion, “Kebaikan pada diri sendiri bukan kemewahan, tapi kebutuhan dasar untuk bertahan.” Kita perlu bersikap ramah terhadap diri sendiri, terutama di hari-hari ketika semuanya terasa berat.

Langkah Sederhana untuk Memulai

  1. Mulai dari satu hal kecil
    Bangun satu kebiasaan sehat yang mudah dilakukan, lalu tingkatkan secara bertahap.
  2. Jadwalkan waktu khusus untuk diri sendiri
    Bukan untuk kerja, bukan untuk orang lain—waktu ini murni untuk merawat apa yang kamu butuhkan.
  3. Kurangi konsumsi digital yang tidak sehat
    Pilih konten yang memberi energi positif. Unfollow akun yang membuatmu merasa tidak cukup.
  4. Ucapkan afirmasi atau kalimat positif setiap hari
    Mungkin terdengar sederhana, tapi efeknya bisa memperkuat fondasi mental yang sehat.
  5. Kenali sinyal kelelahan fisik dan emosional
    Belajar mengenali kapan tubuh dan pikiran perlu berhenti adalah bentuk self-care yang paling penting.

Self-Care Bukan Tren, Tapi Gaya Hidup

Ketika kita mampu membangun rutinitas sehat, efek domino yang muncul sangat terasa: tidur lebih nyenyak, fokus meningkat, emosi lebih stabil, dan hubungan dengan orang lain pun membaik. Hidup sehat bukan sesuatu yang jauh di depan, melainkan sesuatu yang bisa kita bentuk dari sekarang—dari tempat kita berdiri saat ini.

Self-Care dalam Budaya Digital dan Tekanan Sosial

Ketika Self-Care Terdistorsi oleh Tampilan

Ironisnya, istilah self-care yang awalnya bermakna intim dan personal kini sering kehilangan makna karena dibingkai dalam estetika media sosial. Kita melihat orang-orang posting skincare routine, sesi gym, atau sudut kamar dengan lilin aromaterapi dan menyebutnya self-care. Tidak ada yang salah dengan itu, tapi jika kita terlalu fokus pada tampilan luar, kita bisa lupa pada esensi: self-care adalah tentang merasakan, bukan memamerkan.

Bagi banyak anak muda, tekanan untuk menampilkan hidup sehat justru bisa memicu stres baru. Alih-alih merasa terbantu, mereka malah merasa tidak cukup jika tidak mampu “hidup sehat” versi ideal media. Karena itu, penting untuk memaknai ulang kebiasaan self-care sebagai proses pribadi, bukan performa publik.

Budaya Produktivitas yang Tak Mengenal Henti

Kita juga hidup dalam era yang mengagungkan produktivitas. Banyak anak muda merasa bersalah jika istirahat terlalu lama atau tidak punya to-do list yang padat. Self-care sering dianggap kemunduran, bahkan kelemahan. Padahal, mengambil jeda adalah strategi bertahan yang sah, bahkan sangat dibutuhkan.

Rutinitas sehat seharusnya menjadi penyeimbang, bukan beban tambahan. Mengatur waktu tidur, makan bergizi, mengurangi screen time, dan memberi ruang untuk hobi—semua itu bisa menjadi bagian dari hidup sehat yang realistis. Yang penting bukan seberapa sempurna kita menjalani rutinitas, tapi seberapa konsisten dan jujur kita mendengarkan tubuh serta perasaan sendiri.

Komunitas Positif Itu Penting

Satu hal yang sering dilupakan adalah bahwa self-care juga tumbuh dalam ekosistem. Ketika lingkungan mendorong istirahat, menghargai batasan, dan merayakan perawatan diri sebagai bentuk keberanian, maka kita tidak akan merasa sendirian dalam perjalanan ini.

Komunitas—baik online maupun offline—yang memberi ruang aman untuk berbagi cerita dan proses bisa sangat berpengaruh. Karena memulai self-care bukan hanya tentang niat individu, tapi juga tentang dukungan kolektif yang menguatkan satu sama lain.

Merawat Diri, Merawat Masa Depan

Memulai self-care bukan tentang menjadi sempurna, tapi tentang memberi ruang bagi diri sendiri untuk beristirahat, pulih, dan tumbuh. Di dunia yang terus menuntut banyak hal dari kita—prestasi, kecepatan, penampilan—self-care adalah bentuk perlawanan yang lembut namun tegas. Ia adalah cara paling jujur untuk berkata: “Aku penting. Diriku layak dijaga.”

Banyak dari kita mungkin pernah merasa bahwa self-care adalah hal mewah, sesuatu yang hanya bisa dilakukan ketika semua urusan selesai. Padahal, rutinitas sehat justru adalah fondasi agar kita bisa menghadapi kesibukan dengan kepala jernih dan hati yang stabil. Hidup sehat dimulai dari keputusan kecil: mengenali kapan harus berhenti, kapan perlu tidur lebih awal, dan kapan harus berkata tidak demi menjaga energi sendiri.

Tidak ada rumus tunggal untuk self-care. Apa yang berhasil untuk orang lain belum tentu cocok untuk kita. Maka yang paling penting adalah mendengarkan tubuh dan pikiran dengan lebih saksama. Apa yang sedang mereka butuhkan hari ini? Apa yang membuatmu merasa ringan, utuh, dan tenang?

“Self-care is how you take your power back.”
— Lalah Delia

Hari ini, mungkin kamu bisa mulai dari satu hal kecil. Besok, satu hal lagi. Dan seterusnya, hingga perlahan self-care menjadi bagian alami dari keseharianmu—bukan sekadar reaksi saat kamu sudah terlalu lelah, tapi sebagai bentuk cinta yang sadar dan berkelanjutan terhadap diri sendiri.

hawaiiycc.com