Orang dengan sifat people pleaser biasanya memiliki kebiasaan khusus yang membedakan mereka dari orang lain dalam berinteraksi sosial. Salah satu kebiasaan utamanya adalah keinginan kuat untuk selalu menyenangkan orang lain. Mereka sering kali mengabaikan kebutuhan dan perasaan sendiri demi memastikan orang di sekitar merasa nyaman dan bahagia. Sebab, mereka merasa bahwa diterima dan disukai oleh banyak orang adalah sesuatu yang sangat penting.
Selain itu, people pleaser cenderung sulit mengatakan “tidak” karena takut menimbulkan konflik atau kekecewaan. Mereka biasanya rela meninggalkan prioritas pribadi dan pekerjaan demi memenuhi permintaan orang lain, bahkan jika hal itu membuat mereka stres atau kelelahan. Pola ini juga sering membuat mereka mengambil tanggung jawab atau tugas tambahan yang sebenarnya bukan kewajiban mereka.
Kebiasaan lain yang sering muncul adalah sifat terlalu peka terhadap kritik dan penolakan. People pleaser sangat bergantung pada pengakuan dan persetujuan orang lain, sehingga ketika mendapat penolakan, mereka merasa sedih, cemas, atau gagal. Semua kebiasaan ini, jika tidak dikelola dengan baik, bisa menimbulkan tekanan mental dan emosional yang serius.
Penyebab Kebiasaan People Pleaser
Kebiasaan menjadi people pleaser tidak muncul begitu saja, melainkan biasanya berakar dari pengalaman masa kecil dan lingkungan sosial. Banyak orang yang berkembang dengan kecenderungan ini karena ingin mendapatkan cinta, perhatian, atau persetujuan dari orang tua, saudara, atau tokoh penting lainnya. Misalnya, anak yang sering mendapat pujian hanya jika berperilaku sesuai harapan orang tua akan belajar bahwa menyenangkan orang lain adalah jalan untuk diterima.

Selain faktor lingkungan keluarga, pengalaman trauma, rasa takut akan penolakan, atau rendahnya rasa percaya diri juga dapat memperkuat kebiasaan ini. People pleaser sering merasa tidak cukup baik dan merasa harus membuktikan nilai dirinya melalui penerimaan orang lain. Tekanan sosial dan budaya tertentu yang menghargai kepatuhan dan keramah-tamahan juga berperan dalam membentuk pola ini.
Dampak dari Kebiasaan People Pleaser
Kebiasaan untuk selalu berusaha menyenangkan orang lain dapat membawa dampak yang kurang menguntungkan baik bagi kesehatan mental maupun hubungan sosial. People pleaser rentan mengalami stres kronis karena beban untuk selalu memenuhi ekspektasi orang lain. Mereka juga berisiko mengalami kelelahan emosional yang dapat menurunkan kualitas hidup sehari-hari.
Dalam hubungan interpersonal, kebiasaan ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan di mana orang pleaser lebih banyak memberi dibanding menerima. Hal ini bisa membuat mereka merasa dimanfaatkan dan kurang dihargai. Jangka panjang, hal ini juga berpotensi menghambat perkembangan pribadi dan pembentukan identitas yang kuat karena terlalu fokus pada kebutuhan orang lain.
Mengurangi Kebiasaan People Pleaser
- Kenali dan Terima Kebutuhan Diri Sendiri Langkah awal yang penting adalah menyadari bahwa kebutuhan, perasaan, dan batasan Anda sama berharganya dengan orang lain. Mulailah dengan berlatih untuk mendengarkan diri sendiri dan menghargai apa yang Anda perlukan agar merasa nyaman dan bahagia.
- Belajar Mengatakan “Tidak” dengan Santun Melatih kemampuan berkata “tidak” adalah keterampilan penting. Anda bisa mulai dengan hal-hal kecil dan perlahan memperkuat batasan pribadi. Ingat, menolak bukan berarti Anda harus kasar, melainkan sebuah bentuk penghormatan pada diri sendiri.
- Perkuat Rasa Percaya Diri dari Dalam Bangunlah kepercayaan diri yang tidak bergantung pada validasi orang lain. Fokus pada pengembangan diri dan pencapaian tujuan pribadi, sehingga Anda lebih yakin dengan nilai dan identitas diri tanpa harus terus-menerus mencari penerimaan dari luar.
- Praktikkan Self-Compassion dan Empati pada Diri Sendiri Berikan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan jangan terlalu keras pada diri saat melakukan kesalahan atau tidak bisa memenuhi ekspektasi orang lain. Mengasihi diri sendiri adalah kunci agar bisa menjaga keseimbangan emosional.
- Cari Dukungan dari Lingkungan yang Sehat Bergaul dengan orang-orang yang menghargai Anda apa adanya dapat membantu mengurangi tekanan agar selalu menyenangkan semua orang. Lingkungan yang positif memberi ruang bagi Anda untuk berkembang tanpa merasa terbeban.
- Refleksi dan Evaluasi Secara Berkala Luangkan waktu untuk merefleksikan pola interaksi sosial Anda. Apakah Anda terlalu sering mengorbankan diri? Apakah ada situasi yang selalu membuat Anda merasa tidak nyaman? Evaluasi ini akan membantu Anda mengatur ulang prioritas dan batasan dengan lebih baik.
People Pleaser demi Kesehatan Emosional dan Hubungan yang Sehat
Kebiasaan menjadi people pleaser seringkali berakar dari kebutuhan untuk diterima dan diakui oleh orang lain, yang bisa berasal dari pengalaman masa lalu dan pengaruh lingkungan. Meskipun sifat ini terkadang dipandang positif karena niat menjaga keharmonisan, jika berlebihan justru dapat menyebabkan tekanan emosional, kelelahan, dan hubungan yang tidak seimbang.
Penting untuk mengenali kebiasaan ini dan memahami dampak negatifnya agar dapat mengambil langkah perubahan. Dengan belajar menghargai kebutuhan diri sendiri, berani berkata “tidak,” memperkuat rasa percaya diri, dan membangun dukungan dari lingkungan yang sehat, seseorang dapat mengurangi kecenderungan people pleaser secara bertahap. Hal ini akan membantu menciptakan keseimbangan antara memberikan dan menerima dalam hubungan, serta menjaga kesehatan mental dan emosional secara keseluruhan. hawaiiycc.com
Baca Juga : 5 Teknik Mengatur Waktu yang Membantu Fokus